Nanocurcumin Menghambat Badai Sitokin Penderita COVID-19 – Pada sebuah penelitian baru-baru ini, kurkumin nanopartikel (nanocurcumin) menunjukkan potensi menghambat badai sitokin yang terstimulasi oleh spike protein (CoV2-SP) pada virus SARS-CoV-2 di sel epitel paru-paru dan hati.
Badai sitokin merupakan kondisi ketika imun tubuh merespons infeksi yang berlebihan. Sitokin sendiri merupakan protein yang mengomunikasikan sinyal-sinyal dalam tubuh untuk merespons infeksi. Pada kondisi normal, sitokin membantu mengkoordinasikan respons sistem kekebalan tubuh untuk melawan virus atau bakteri. Permasalahannya dalam beberapa kasus pada pasien Covid-19, terjadi peningkatan kadar sitokin yang berlebih sehingga dapat merugikan kesehatan tubuh, seperti menyebabkan kegagalan organ dan bahkan kematian.
Memburuknya kondisi kesehatan pasien COVID-19, salah satunya terkait secara langsung dengan badai sitokin yang diinduksi oleh interleukin (IL) sebagai respons terhadap infeksi virus SARS-CoV-2. Selain itu, interaksi antara CoV2-SP dan reseptor human angiotensin-converting enzyme 2 (hACE2) yang memicu badai sitokin kemudian diikuti oleh peristiwa inflamasi sistemik pada tubuh yang sangat mengancam nyawa. Sindrom inflamasi yang fatal ditandai dengan peningkatan sirkulasi kadar sitokin dan hiperaktivasi sel imun, ini menyebabkan disfungsi organ hati, paru-paru, dan ginjal.
Senyawa kurkumin merupakan polifenol antioksidan yang terdapat pada tanaman kunyit (Curcuma longa Linn) dan temulawak (Curcuma zanthorrhiza). Kurkumin terkenal dengan aktivitas anti-inflamasi yang kuat, namun kemanjuran kurkumin dibatasi karena sifat bioavailabilitasnya yang buruk. Oleh karena itu untuk meningkatkan bioavailabilitas, para peneliti membuat kurkumin ke dalam ukuran nanometer (nanocurcumin) yang terenkapsulasi.
Temuan penelitian tersebut menunjukkan bahwa nanocurcumin berhasil mengurangi interaksi antara spike protein CoV2-SP dan host ACE2. Potensi nanocurcumin untuk menghambat interaksi CoV2-SP dan ACE2 manusia lebih tinggi daripada curcumin biasa.
nanocurcumin memiliki potensi penghambatan badai sitokin yang tinggi karena SARS-CoV-2 di sel epitel A549 paru-paru manusia dan sel epitel Huh7.5 hati manusia. Lebih lanjut, pengobatan nanocurcumin mencegah kerusakan sel epitel dengan menghambat pelepasan kemokin, growth factors, dan sitokin melalui penonaktifan jalur pensinyalan NF-κB/MAPK.
Secara keseluruhan, penelitian ini menekankan bahwa nanocurcumin mungkin berpotensi menjadi obat yang aman dan efektif untuk pengobatan COVID-19. Namun, penyelidikan tambahan (in vivo) diperlukan untuk memvalidasi potensi penghambatan badai sitokin yang diinduksi CoV2-SP oleh nanocurcumin.
SUMBER: DOI: 10.1021/acsabm.1c00874
Penulis: Fahmi Syarifuddin